Bantu Kurangi Polusi, Mobil Anak Bangsa (MAB) Luncurkan Bus Listrik Ramah Lingkungan yang Super Irit!

Kualitas udara di kota-kota besar di Indonesia sudah cukup memprihatinkan. Banyaknya bus dan angkutan umum yang beroperasi semakin memperburuk kondisi tersebut.
Hal itu tak lepas dari penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dipakai oleh seluruh bus dan angkutan umum itu. Kendaraan yang menggunakan BBM menghasilkan emisi karbon yang merupakan salah satu penyumbang pencemaran udara yang berdampak buruk pada kesehatan manusia dan lingkungan.
Sadar akan pencemaran udara yang berbahaya untuk kelangsungan makhluk hidup, PT Mobil Anak Bangsa (MAB) yang didirikan tahun 2017 dan diinisiasi oleh Jenderal TNI (Purn) Dr. Moeldoko, meluncurkan bus listrik pertama produksi anak bangsa.
“Saat ini kita fokus (produksi) di transportasi umum berupa bus. Kita juga sedang mengembangkan bus listri, baik medium bus atau bus besar,” kata Kelik Irwantono, Direktur MAB di channel Youtube Ruby Herman.
Selain bus, MAB juga sudah melakukan riset dan sedang mengembangkan kendaraan bertenaga listrik untuk angkutan kota (angkot) dan motor listrik.

Khusus untuk bus listrik, MAB sudah mengeluarkan prototype pertama di tahun 2017, dan prototype kedua di tahun 2018.
“Prototype final, yang ketiga di tahun 2019. Saat itu kita bawa ke Kementerian Perhubungan untuk dilakukan uji tipe maupun uji laik jalan.
“Pada saat itu, kita adalah perusahaan nasional pertama yang memperoleh uji tipe dan uji laik jalan untuk kita bisa produksi masal.”
*Hemat Biaya Operasional Hingga Rp5,1 triliun per Tahun*
Bukan hanya ramah lingkungan, jika dibandingkan dengan bus diesel, bus bertenaga listri produksi MAB ini juga bisa menghemat biaya operasional, investasi, dan juga pemeliharaan.
Hal itu seperti yang dijelaskan oleh Oky Dharmawan, Head of Finance MAB kepada Ruby Herman.
Dari segi biaya operasional, Oky memberi hitungan kasar penghematan bus listrik dibanding bus diesel.
“Misalnya satu bus diesel rata-rata menempuk jarak 250 Km per hari, konsumsi BBM-nya 1:1, 1 liter diesel untuk jarak 1 meter, sedangkan bus listrik, 1 kwh untuk 1 Km. Kalau lihat harga solar subsidi Rp5.150/liter, sedangkan untuk listrik golongan bisnis Rp1.115/kwh,” terang Oky.
Jika dikalikan dengan rata-rata jarak tempuh bus per harinya, yaitu kira-kira 250 Km.
“Biaya operasional bus diesel hampir Rp1,3 juta per hari. Sedangkan bus listrik 250 kwh dikali Rp1.115 (biaya operasionalnya) hanya Rp278 ribu per hari. Artinya ada penghematan Rp1 juta per hari untuk satu unit bus. Satu bulan kita bisa hemat Rp30 juta dan untuk setahun hemat sekitar Rp368 juta per bus,” kata Oky.
Ia kemudian mengambil contoh jumlah bus diesel yang beroperasi di kota Jakarta, yaitu sekitar 14 ribu unit.
“Dalam setahun maka kota Jakarta bisa menghemat Rp5,1 triliyun hanya dari operational cost,” tegas Oky.
Namun yang lebih penting dari nominal uang adalah lingkungan yang lebih sehat. Karena tidak memakai BBM, berarti bus listrik buatan MAB ini tidak menghasilkan polusi.
Sehingga tak mengherankan jika bus listri MAB ini adalah jawaban atau solusi terhadap transportasi umum yang kurang ramah lingkungan.
Simak Videonya Dibawah ini